Senin, 09 April 2012

Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Putri Walisongo

I.    PENDAHULUAN
Pondok pesantren adalah salah satu bentuk lembaga pendidikan dan keagamaan yang ikut memberikan corak pada sistem pendidikan  nasional .Bahkan melalui alumni –alumni lembaga ini telah mengambil peranan dalam mewarnai tata nilai,corak budaya,kehidupan sosial politik,susunan ekonomi sebagai besar bangsa Indonesia.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan dan pusat penyebaran agama islam lahir dan berkembang semenjak masa-masa permulaan kedatangan agama Islam di Indonesia .Di pulau Jawa Lembaga ini berdiri untuk pertama kalinya di zaman Walisongo.
Akan tetapi jarang sekali pesantren yang punya bukti secara tertulis dan rinci tentang sejarah berdirinya dan perkembangan selanjutnya .Berdasarkan inilah kami coba menyajikan sekilas tentang sejarah berdirinya  Pondok Pesantren Putri”Walisongo “Cukir Jombang ,dan perkembangan dari masa ke masa .Dengan mebolak  balik dokumen yang ada dilengkapi dengan interview kami mencoba menguak lebih jauh tentang background (latar belakang) berdirinya  pesantren  ini ,siap pendirinya ,bagaimana sistem pengajarannya serta sejauh mana kebersihan pesantren dalam membina dan mempengaruhi amaliyah santri.

II. PONDOK PESANTREN PUTRI”WALISONGO”DARI PERIODE KE PERIODE

A. Masa Permulaan (Tahun 1951)
Berbicara tentang pondok pesantren putrid”Walisongo”Cukir Diwek Jombang dan dinamikanya , maka tidak dapat dipisahkan dari sejarah perguruan putrid Mu’alimat, sebab adanya pesantren putrid ini disebabkan adanya perguruan putri Mu’alimat yang telah lahir sebelumnya.
Dikeheningkan malam pada tahun 1951 M, berkumpullah orang-orang terkemuka dan Kepala Madrasah Kecamatan DIwek dan sekitarnya untuk membahas tentang kelanjutan pendidikan siswi tamatan Ibtidaiyyah yang tidak mampu menjutkan studinya keluar daerah karena terbentur masalah biaya .Akhirnya tercetuslah ide untuk mendirikan lembanga pendidikan putri setingkat SLTP dan SLTA yang kemudian diberi nama “Madrasah Mu’allimat”.
Kepercayaan masyarakat erhadap madrasah ini semakin lama semakin bertambah, bahkan siswi dari luar Diwek pun mulai berdatangan .sehingga pada tahun 1952M,timbullah gagasanuntuk membuat asrama sebagai tempat tinggal para siswi yang rumahnya jauh atau berasal dari luar daerah. Dan di learisir dengan nama “Walisongo” sebuah nama pemberian Ibu Nyai Hj.Halimah.
Berawal dari jumlah santri putri yang tujuh orang dan menempati satu kamar dekat dapur, Hadratus syekh K.H.M.Adlan Aly secara sabar mengajarkan kitab kuning dari berbagai disiplin ilmu, antara lain hadits, fiqih,Akhlak,Tauhid dan terkait dengan semua itu.Metode pengajarannnya memakai sistem bandongan atau halaqoh, yaitu kyai atau ustadz membacakan suatu kitab,sedangkan santri menyimak kitab masing-masing dan member arti atau catatan didalamnya.pengajian seperti ini di tujukan terutama untukmenambah kualitas dan kemampuan ilmu para santri, yang di laksanakan di luar jam sekolah  sebagai kegiatan ekstra kulikuler. Namun kitabnya di sesuaikan dengan kitab-kitab pelajaran di sekolah. Disamping mengajar, K.H.M.Adlan Aly menyimak anak atau santri yang memghafal al-Qur’an.
Kegiatan itu pertama-tama di tangani oleh ibu-ibu Nyai, namun setelah berkembang karena kurangnya biaya, maka ibu-ibu Nyai menyerahkan langsung pengelolahannya kepada K.H.M.Adlan Aly
Kepemimpinan dimasa itu  masih bersifat sentralisme,segala sesuatunya masih  ditangani oleh Mbah kyai sendiri, mulai dari pembangunan sarana sampai penentuan program pengajaran. Type kepemimpinan beliau sebenarnya sudah demokratis (suatu type kepemimpinan yang menerima saran dari bawahan ).Manajemen nya tidak bersifat konvensional(yang berdasarkan tradisi atau pengalaman pribadi dalam memecahkan persoalan yang dihadapi),tetapi bersifat sistematis (yang juga mendasarkan pengalaman orang lain dalam menyampaikan persoalan yang berkaitan dengan kepemimpinannya).
Pada tahun kedua, santri yang bermukim di pondok semakin banyak dan kamar asrama semakin tidak mencukupi ,maka pada tanggal 14 September 1953 dipugarlah dapur Al-Mukarom K.H.M. Adlan Aly  untuk dijadikan asrama dengan swadaya murni .karenanya bangunan asrama saat itu masih sederhana  sekali,dindingnya terbuat dari bambu (jawa:gedek)dan penerangan berupa lampu teplok (jawa:oblek)sebab ampra (pemasaran aliran)listrik baru dilaksanakan tahun 1977.pada tahun 1945 komplek di pondok itu di rehap kembali , sehingga mempunyai 14 kamar dan satu musholla.
Pengajian  di tahun 1945 sekalipun masih didominasi  oleh room Kyai namun agak teratur sebab beliau sudah ada yang membantu K.H.Ali Ahmad (sebagai menantu yang pertama mendapat Almarhumah Ibu Nyai Hj.Mustaghfiroh tahun 1952)
Laju pertabahan jumlah santri terus menanjak ,bahkan di tahun 1955 mereka membawa adik-adiknya yang masih kecil ikut mondok. Karena belum ada program khusus pengajian anak-anak, maka didirikanlah Madrasah Ibtidaiyyah.
Tiga tahun berikutnya putra-putri Hadratus Syech mulai ikut memikirkan pondok dan kelestariannya, santri sudah dikenalkan beberapa ilmu umum atau Ulumul ‘Ashiriyyah. Sehingga pada tahun sekitar 1968 santri tidak hanya mendalami kitab saja melainkan sudah mengadakan kursus-kursus keorganisasian. Karena itulah sehingga sekitar tahun ini mulai bermunculan pembentukan organisasi daerah.
Secara organisatoris kepengurusan pondok masih belum sempurna, namun sudah ada ketuanya yang dipilih oleh dewan sidang perwakilan santri, sekretaris dan beberapa pengurus yang membidangi sesuatu yang dianggap penting, sebab keuangan masih sentral dikelola Ibu Nyai. Intervensi (campur tangan) ibu Nyai pada kepengurusan pondok masih kuat, bahkan ketua yang sudah terpilih pun kadang-kadang masih diupret-upret (dikejar-kejar) kalau perlu diganti. Maka jangan heran kalau ditahun 1969 ada dua ketua, satu ketua yang di tunjuk oleh ibu Nyai Hj. Halimah dan satu lagi dipilih oleh dewan sidang yang mungkin secara structural membawahi ketua yang ditunjuk ibu Nyai tersebut.
Kegiatan ekstra pondok yang maju pada saat itu adalah kursus membaca Al-Qur’an yang dilakukan (qira’ah bi al-taghanni) pada tiap-tiap hari jum’at, sehingga ditahun 1972 diadakan MTQ antar pondok pesantren se-Kabupaten Jombang yang bertempat di pondok pesantren putrid “Walisongo” Cukir. Untuk memperlancar kegiatan ini dibentuklah unit Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffadz yang responsibility-nya (tanggung jawab) kepada pengurus pondok.

C. Masa Penerbitan (TAHUN 1970-SEKARANG)

Semakin tua umur kepengurusan pondoksemakin teratur, struktur kepengurusannya semkin rapi, sudah jelas jop description tiap-tiap departemen sehingga tidak terjadi over lapping (tumpang tindih) tugas masing-masing pengurus. Hal ini tidak lepas dari kepiawaian dan kreatifitas ketuanya. Disamping Intervensi Ibu Nyai secara langsung terhadap kepengurusan pondok semakin berkurang dan pendelegasian wewenang kepada pengurus semakin bertambah, kecuali masalah-masalah yang penting sentral keputusan tetap ditangani Ibu Nyai.
Pengajian menggunakan metode bandongan dan sorongan. Untuk metode sorongan ini ditangani oleh K.H. Husnan dari Depok.
Pengajian-pengajian tahunan diluar Romadlon  pada periode ini diadakan setiap pagi selain jum’at dan selasa, sebab pada hari ini digunakan pengajian kitaboleh Al-Mukarrom  K.H.M. Adlan Aly. Kitab yang dikaji antara lain Riyadhush-Shalikhin.
Sebagai penunjang belajar santri, maka didirikanlah perpustakaan, dengan buku pertama sebanyak 300 judul. Setahun setelah itu tepatnya pada tahun 1982 diadakan penambahan buku, sehingga jumlahnya menjadi 552 judul.
Untuk meningkatkan kecakapan santri dalam bahasa arab, maka didirikanlah lembaga bahasa arab Syu’batul Lughah al-‘Arabiyyah dan ibu Umu Khoiriyah BA. Sebagai mudirahnya. Jam muhadarahnya pada malam hari yang diadakan tiga kali pertemuan dalam seminggu. Lembaga ini diresmikan tanggal 4 Februari 1983.
Ditahun ini juga didirikan Madrasah Diniyah Islamiyyah sebagai wahana pembinaan santri yang sekolah di SMP dan SMA Tebuireng serta yang tidak sekolah dilembaga formal.
Layanan pada santri terus ditingkatkan dengan merealisir pendirian koperasi pada tahun 1983. Modal awalnya sendiri senilai Rp. 15.000,- (lima belas ribu rupiah) dan dua tahun berikutnya asset barangnya sudah mencapai Rp. 600.000,- (enam ratus ribu rupiah). Koperasi ini sebetulnya meneruskan kreasi Ibu Nyai Hj. Halimah yang telah berpulang kerahmtullah pada tanggal 14 Sya’ban 1945 H atau tahun 1982 M.
Kerena pengaruh globalisasi pers, maka didirikanlaaah unit penerbitan. Media informasinya adalah Disan (Dinamika santri). Unit ini didirikan pada tahun 1984 yang bekerjasama dengan UDPI (Unit Dokumentasi dan Pelayanan Informasi) pondok pesantren Tebuireng.
Legalisasi pondok ini dilaksanakan pada tanggal 22 Novemper  1985, yaitu dengan didirikannya Yayasan Badan Wakaf yang membawahi unit pondok pesantren dan Perguruan Mu’allimat . Ketuanya di jabat oleh K.H.M. Adlan Aly sampai beliau pergi kerahmatullah tanggal 6 Oktober  1990 M./17 Robiul Awal 1401 H.Dan estafet kepemimpinan yayasan beralih kepada putra beliau yang bernama Bapak Ahmad Hamdan Adlan. Nama yayasan dirubah menjadi yayasan Badan Wakaf K.H.Adlan Aly (23 Mei 1991).
Kepedulian pondok pesantren pada masyarakat sekitar dari tahun ke tahun selalu di tingkatkan , mulai dari pengiriman dari untuk pengajian rutin sampai pada santunan terhadap yatama dan kaum dlu’afa. Kepedulian dibidang pendidikan direlasasikan dalam bentuk pemberian kursus KGRA/KGTK  kepada asatidzah sekitar pondok yang berjalan mulai tahun 1968.
Pada tahun 1988 tepatnya tanggal 30-31 Februari, diselenggarakan MUBES(Musyawarah Besar) Untuk membuat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga(AD/ART) pondok pesantren putrid “Walisongo”Cukir Jombang.Dan bersama itu pula dibentuklah organisasi alumni santri walisongo agar terjalin komunikasi atau hubungan antar pondok dan para alumninya.
Mulai tahun 1988 pengajian kitab kuning dilakukan secara klasikal yang diklasifikasikan menjadi tingkatan mubtadi’,mutawassith dan muntahy. Kurikulumnya di sesuaikan dengan kurikulum sekolah agar saling menunjang antara sakolah dan pondok . Jadi santri tidak diberi kebebasan muntlak dalam memilih pengajian.Sistemnya sorogan ,semi sorogan dam bandongan .pengajian Al-Qur’an dilaksanakan secara serempak tiap ba’da sholat Maghrib.
Pada tahun 1989 masa jabatan kepengurusan dirubah menjadi dua tahun, dan tiap-tiap komplek dibentuk kepengurusan yang bertaggung jawab kepada pengurus pondok. Sehingga stuktur pengurus pondok terdiri dari:
     1.    Dewan Pembina, yaitu pengasuh dan penasehat, dibantu oleh Badan Pengawumum danPengawas Harian dan Badan Pengawas Keuangan (BPKU)
             Pada tahun 1992 pembinaan pengajian Al-Qur’an di benahi lagi dan sebagai pelaksananya didirikanlah BBPQ (Badan Pembinaan Pengajian Al-Qur’an ). Namun karena ada beberapa hambatan, pada tahun 1995 BPPQ tidak terdiri sebagai lembaga, melainkan masuk dalam pengurusan pondok berbentuk “Departemen” dan akhirnya di rubah nama dengan DPPQ (Dewan Pembinaan Pengajian AL-Qur’an).
              Setelah Al-Maghfurlah KH.M.Adlan Aly wafat, pondok putrid di pimpin oleh Dewan Pengasuh (Presidium),yaitu bapak KH.Ahmad Hamdan (Koordinator),Namun beliau juga wafat pada tanggal 16 Juni 1998 dan berdasarkan rapat keluarga memutuskan Bapk Drs.H. Abdul Jabar, Ibu Nyai Hj. Sholihah sebagai pengasuh.
               Mengigat santri yang menghafal Al-Qur’an  semakin banyak yang tentu memerlukan penanganan yang intensif, maka di bentuklah lembaga baru yaitu Madrasah Hifdzil Qur’an (MHQ) pada tahun 1994.
                Pada tahun 1998 Pondok sudah mengalami kemajuan yakni Prgram komputrisasi dan perenovasian gedung komplek  I &II mulai dirintis. Pada tanggal 6-7 Mei 1999 di adakan Musyawarah Santri Luar Biasa (MLSB) tersebut mendapatkan suatu kesepakatan yakni merubah bagian struktur kepengurusan, yang di sesuaikan dengan AD/ART yang berlaku, sehingga Job deskription antar pegurus akan semakin jelas. Dalm Musyawarah tersebut  juga menghasilkan perubahan lembaga Jam’iyatul Qurra’wal Huffadz (JMQ) di masukkan dalam Departemen Kepengurusan Pondo Pesantren di bawah naungan kabid I.
Perenovasian Gedung komplek I &II yang mulai di rintis pada tahun 1999 akhirnya pada bulan Mei tahun 2000 sebagian gedung tersebut sudah bias di gunakan, yaitununtuk komplek I dan Musholla, sebagai tempat berjama’ah para santri, dan pada bulan ini semua gedung sudah dapat di pergunakan. Dan adanya WARTEL (Warung Telekomunikasi ) untuk memenuhi kebutuhan para santri. Ditahun ajaran 2001/2002 sistem pengajian klasial yang di bentuk sesuai dengan pendidikan formal santri dirubah dengan system diniyah, yang mana diwajibkan bagi seluruh santri. Terkecuali mereka yang mengikuti program khusus di berikan pengajian khusus. System ini memakai kurikulum semi salafiyah.

2 komentar:

  1. SUBHAANALLAH SEMOGA ALLAH MEMBERIKAN KEMUDAHAN UNTUK SEGALA URUSAN BAGIPENDIRI DAN PENGASUH PONPES,TAHUN INI PUTRI KAMI INSYAALLAH AKAN IKUT SERTA MENJADI SANTRI...SEMOGA SUKSES...AMIN

    BalasHapus
  2. Assalamualaikum, apakah blog ini masih aktif sampai tahun ini?

    BalasHapus